Hasil-Hasil dan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Praaksara di Indonesia
MATERI
4
KOMPETENSI:
3.4. Memahami hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat.
4.4. Menyajikan hasil-hasil dan nilai- nilai budaya
masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan
terdekat dalam bentuk tulisan
INDIKATOR :
3.4.1.Menjelaskan
hasil kebudayaan zaman praaksara
3.4.2.Menjelaskan
hasil kebudayaan zaman batu
3.4.3.Menjelaskan
hasil kebudayaan zaman logam
4.4.1.Menunjukkan
hasil kebudayaan zaman pra aksara
Zaman Batu, sumber : sejarah-negara.com |
Pada zaman batu, peralatan yang digunakan oleh manusia purba
terbuat dari batu.
A. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)
Zaman Paleolitikum ini disebut dengan nama Zaman Batu Tua karena
peralatan yang digunakan oleh manusia purba terbuat dari batu dan pengerjaannya
juga masih begitu sederhana dan kasar. Hasil dari kebudayaan pada Zaman
Paleolithikum yang cukup terkenal adalah Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Zaman ini bermula kira-kira antara 50.000 hingga 100.000 tahun
yang lalu. Periode zaman ini ialah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM.
Catatan :
SM = Sebelum Masehi
Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau secara berpindah-pindah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan. Mereka mencari biji-bijian, umbi, serta dedaunan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka bermodalkan menggunakan batu, kayu, dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat inilah yang juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
- Kebudayaan Pacitan
Pacitan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Jawa Timur, berbatasan dengan Jawa Tengah. Pada zaman purba, diperkirakan aliran Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di pantai Pacitan.
Pada tahun 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari
batu yang ada di daerah Pacitan. Alat-alat ini bentuknya menyerupai kapak, akan
tetapi tidak bertangkai, sehingga menggunakan kapak tersebut dengan cara
digenggam.
Alat-alat batu yang
berasal dari Pacitan ini disebut dengan kapak genggam (chopper) dan kapak perimbas. Di Pacitan, juga ditemukan alat-alat
yang berbentuk kecil, disebut dengan serpih. Berbagai
peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia purba jenis Meganthropus.
- Kebudayaan Ngandong
Ngandong merupakan nama dari salah satu daerah yang terletak didekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan Sidorejo ini banyak ditemukan alat-alat yang berasal dari tulang serta alat-alat kapak genggam dari batu.
Alat-alat dari tulang tersebut ini diantaranya dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Selain itu, juga ada alat-alat seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisi-sisinya. Berdasarkan penelitian, alat-alat tersebut merupakan hasil kebudayaan dari Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Karena ditemukan di daerah Ngandong, dikenal secara umum dengan nama Kebudayaan Ngandong.
Di dekat Sangiran,
dekat dengan Surakarta, ditemukan juga alat-alat yang berbentuk kecil, biasa
disebut dengan nama Flake. Manusia purba
telah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa flake, ada yang dibuat
dari batu indah, seperti Chalcedon.
B. Zaman
Mesolitikum (Zaman Batu Madya)
Pada Zaman Mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan Zaman Paleolitikum, yakni dengan melakukan berburu dan menangkap ikan. Akan tetapi, manusia di masa itu mulai memiliki tempat tinggal yang agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.
Tempat tinggal yang
mereka pilih, pada umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi
itulah banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia di zaman tersebut.
- Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger ini berasal dari bahasa Denmark, kjokken yang berarti "dapur" dan modding berarti "sampah". Jadi, Kjokkenmoddinger ini merupakan sampah-sampah dapur.
Kjokkenmoddinger ini adalah timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung. Di dalam Kjokkenmoddinger, ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Paleolitikum).
Sampah dapur ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels di tahun 1925 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan olehnya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang, karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 (tujuh) meter.
Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan sudah mengalami proses pembentukan yang cukup lama, yakni mencapai ratusan tahun bahkan hingga ribuan tahun.
Di antara tumpukan sampah juga ditemukan batu penggiling beserta dengan landasannya yang digunakan sebagai penghalus cat merah. Cat itu diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau dalam ilmu sihir.
Kapak genggam tersebut dinamakan dengan pebble atau Kapak Sumatra berdasarkan tempat penemuannya. Di samping pebble, juga ditemukan kapak pendek (hache courte) dan pipisan (batu bata penggiling beserta landasannya).
Berdasarkan pecahan
tengkorak serta igi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan jika
manusia yang hidup di zaman mesolitikum ialah bangsa Papua Melanosoid (nenek
moyang dari Suku Irian dan Melanosoid).
- Abris Sous Roche
Manusia purba menjadikan gua menjadi rumah. Kehidupan yang ada di dalam gua cukup lama meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dari mereka.
Abris Sous Roche merupakan kebudayaan yang ditemukan di dalam gua-gua. Lantas, di daerah mana alat-alat tersebut ditemukan? Alat-alat apa saja yang ditemukan di dalam gua tersebut?
Di Gua Lawa,
Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, banyak ditemukan alat-alat seperti contohnya
flake, kapak, batu penggilingan, dan beberapa alat yang terbuat dari tulang.
Karena pada gua tersebut banyak ditemukan peralatan yang berasal dari tulang,
disebut dengan nama Sampung Bone Culture.
Selain di Sampung, gua-gua sebagai Abris Sous Roche juga terdapat di Besuki,
Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
C. Zaman Neolitikum (Zaman
Batu Baru/Batu Muda)
Zaman Neolitikum
merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu madya. Alat-alat yang terbuat
dari batu yang telah mereka hasilkan lebih sempurna dan lebih halus disesuaikan
dengan fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal di Zaman Neolitikum adalah
jenis kapak persegi dan kapak
lonjong.
Fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang memiliki ciri-ciri berupa unsur-unsur kebudayaan, seperti peralatan yang berasal dari batu yang sudah diasah, pertanian menetap, peternakan, serta pembuatan tembikar, juga merupakan salah satu pengertian dari Zaman Neolitikum.
- Kapak Persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau berbentuk juga trapesium. Kapak persegi yang besar sering disebut dengan nama beliung atau pacul (dalam bahasa Indonesia dinamakan dengan : cangkul).
Sementara itu, yang
berukuran kecil disebut dengan trah (tatah)
yang digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut, terutama beliung,
sudah diberi dengan tangkai. Daerah persebaran dari kapak persegi ini merupakan
daerah Indonesia yang berada di bagian barat, misalnya di daerah Sumatera,
Jawa, dan Bali.
- Kapak Lonjong
Kapak lonjong
terbuat dari batu yang berbentuk lonjong serta sudah diasah secara halus dan
diberi tangkai. Fungsi dari alat ini diperkirakan sebagai kegiatan dalam
menebang pohon. Daerah persebaran dari kapak lonjong ini umunya di daerah
Indonesia yang terletak di bagian timur, misalnya di daerah Irian, Seram,
Tanimbar, dan Minahasa.
Di zaman Neolitikum, di samping ada berbagai macam kapak, juga ditemukan berbagai alat perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan gelang-gelang yang terbuat dari batu indah serta alat-alat tembikar atau gerabah.
Di zaman itu, sudah dikenal dengan adanya pakaian. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai
bahan pakaian.
D. Zaman Megalitikum (Zaman Batu Madya)
Peninggalan dari kebudayaan Megalitikum ini terbuat dari batu yang memiliki ukuran besar. Kebudayaan megalitikum tak hanya untuk keperluan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia secara fisik saja.
Mereka juga telah membuat berbagai macam bangunan batu sebagai kepentingan dalam berbagai upacara keagamaan, diantaranya digunakan dalam persembahyangan maupun untuk mengubur jenazah.
Pada zaman ini, manusia sudah mengenal adanya kepercayaan. Walau
kepercayaan mereka masih di dalam tingkat yang awal, yakni kepercayaan terhadap
roh nenek moyang. Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan dari dalam manusia
sudah mulai meningkat.
Hasil-hasil dari kebudayaan megalitikum, antara lain sebagai
berikut :
- Menhir. Menhir
merupakan tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana dalam memuja
arwah nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Kalimantan, dan Sulawesi Tengah. Istilah Menhir ini diambil dari bahasa
Keltik, yang berasal dari kata men yang
berarti "batu" dan hir yang
berarti "panjang". Batu-batu ini juga dinamakan dengan Megalith
(batu besar) karena ukurannya yang besar pula.
- Dolmen. Dolmen
merupakan bangunan yang berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir
(menhir yang agak pendek). Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji
dan pemujaan terhadap nenek moyang. Adapula dolmen yang di bawahnya
berfungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini dinamakan dengan pandusha.
- Sarkofagus.
Sarkofagus merupakan peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung dan
memiliki tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Bersama dengan
Sarkofagus, juga ditemukan tulang-tulang manusia berserta dengan bekal
kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung. Peti kubur merupakan peti
mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan
atau papan batu yang disusun persegi empat, sehingga berbentuk peti mayat
yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan
batu.
- Kubur Batu. Kubur
batu ini hampir sama dengan sarkofagus, begitu pula dengan fungsinya.
Bedanya terletak jika kubur batu ini terbuat dari lempengan/lembaran batu
yang lepas-lepas dan dipasang pada keempat sisinya, bagian alas serta bagian
atasnya. Kubur peti batu ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa
Barat.
- Punden Berundak. Punden
berundak merupakan bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat.
Fungsi dari bangunan ini ialah sebagai pemujaan. Punden berundak ditemukan
di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.
- Arca. Arca
merupakan patung yang dibuat dengan menyerupai dari bentuk manusia serta
binatang. Binatang yang digambarkan, diantaranya seperti gajah, kerbau,
kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara lain seperti di
Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bentuk arca
manusia bersifat dinamis yang berarti wujud manusia dengan penampilan
dinamis seperti arca batu gajah.
2. Zaman Logam
Zaman Logam, sumber : kopi-ireng.com |
Pada zaman logam, manusia telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi. Dikatakan teknologi yang cukup tinggi karena batu tinggal membentuk sesuai dengan kehendak dari pemahat itu. Logam sementara tersebut tidak bisa dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.
Manusia purba telah membuat peralatan yang berasal dari logam seperti contohnya perunggu dan besi. Mereka telah mengolah bahan itu menjadi beraneka macam bentuk. Hal ini menjadi salah satu bukti jika manusia purba telah mengenal adanya peleburan logam. Kebudayaan zaman logam sering juga disebut dengan Zaman Perundagian.
Manusia purba membuat berbagai macam peralatan dari logam, baik itu sebagai alat untuk berburu, mengerjakan ladang, maupun untuk keperluan acara keagamaan. Alat-alat yang berasal dari perunggu, misalnya kapak corong, atau kapak sepatu.
Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, serta Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
Di beberapa daerah juga ditemukan yang namanya nekara. Nekara ini digunakan untuk upacara keagamaan (kepercayaan pada masa purba). Misalnya, dalam upacara memanggil hujan dan persembahan yang lainnya.
Nekara ini berbentuk seperti berumbung yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Jadi, seperti dandang telungkup. Daerah penemuannya di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor ditemukan nekara yang memiliki ukuran kecil yang disebut dengan moko.
Selain nekara, juga ditemukan alat atau benda-benda perhiasan,
seperti kalung, cincin, anting-anting, dan manik-manik.
Komentar
Posting Komentar